Inhil Tidak Akan Maju Jika Suara Masih Bisa Dibeli


Nusaperdana.com, Indragiri Hilir - Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) adalah kabupaten majemuk, yang terdiri dari berbagai macam budaya, suku dan bahasa. Inhil juga memiliki sumber daya manusia dan kaya akan sumber daya alamnya.

Sumber daya manusia di Inhil tidak diragukan lagi, Ini adalah faktor yang sangat penting dalam membangun peradaban sebuah wilayah. Ada banyak tokoh yang lahir di kabupaten Inhil dan tenar dikancah nasional. 

Dan diperkirakan banyak putra daerah Inhil yang sudah mengganti domisili nya dan diduga lebih senang hidup di zona nyaman di daerah lain tanpa harus turun ke Inhil menjadikan dirinya salah satu sumber daya Manusia potensial untuk membangun Inhil kedepan.

Selain itu, mari apresiasi kepada mereka para tokoh Inhil yang mau turun tangan untuk membangun Inhil kedepan. 

Sebagai warga negara Indonesia yang berdomisili di Inhil, masyarakat Inhil harus memahami, merencanakan dan menjatuhkan pilihan kepada seseorang yang layak untuk memimpin Kabupaten Inhil periode masa yang akan datang. Tidak ada masa depan suatu wilayah masih terlalu dini untuk dibicarakan, sekali lagi harus direncanakan. 

To the point, 
Sudah seperti budaya, baik itu pilkada, pileg, ataupun pemilihan pemimpin lainnya selalu saja dibumbui dengan money politic atau politik uang, begitu krusialnya politik uang, suatu wilayah akan berdampak buruk selama dipimpin oleh penguasa yang dibaluti dengan politik uang ini. 

Sebelum pemilihan, suara anda, kamu dan dirinya yang sudah terbeli dengan uang 100 ribu, sarung, baju koko, kaos, jilbab bahkan segelas kopi pahit ukuran 220 mililiter ini tidak berdaya, bungkam karena suara mereka untuk mengkritik, melawan, membandingkan mana yang baik bagi seseorang pemimpin dalam mengambil keputusan sudah lunas terbayar, ibaratnya "kamu diam, aku sudah beri kamu itu".

Bahkan lebih sadisnya lagi hanya dengan iming-iming ini-itu, tanpa diberi apapun rela mengorbankan suara yang begitu berharga.

Tiba saat dipimpin oleh pemimpin yang bermodel politik uang, warga yang sudah terbeli suaranya ini mengkritik lewat aksi, nyinyiran media sosial (medsos), tapi hati kecilnya terpatri penyesalan besar menggerogoti pikiran mereka sendiri. Tak tahu malu. 

Tiba saat pemimpin yang bermodel politik uang ini mengambil keputusan tidak berpihak kepada masyarakat, suaranya apalah daya tidak akan didengar sebab sudah terbeli.

Maka dari itu, wahai masyarakat Inhil sadarlah engkau, pilihlah pemimpin yang benar-benar jujur, tulus, ikhlas dan dapat mengemban amanah, sebab jika engkau hanya menunggu calon pembeli suara pilihan mu, bukan hanya engkau yang merasakan akibatnya tapi seluruh masyarakat Inhil.

Ada ungkapan "Untuk apa memilih pemimpin yang tak ada modalnya". Hilangkan persepsi ini, buang jauh-jauh, lihatlah dan renungilah peristiwa yang telah terjadi. Persepsi yang harus timbul di masyarakat Inhil adalah "Mari dorong seorang untuk maju memimpin", itu lebih baik daripada menjadi seorang pedagang suara.

Renungilah, Inhil adalah wilayah potensial, bisa mensejahterakan masyarakatnya jika di kelola dengan baik sumberdaya alamnya, Kelapa, sawit, sagu, jagung, hasil ikan, wisata, akan menjadi tonggak perekonomian masyarakat hari ini dan masa yang akan datang.

Yang pada akhirnya pilihlah pemimpin yang dapat memanfaatkan dan melek potensi ini demi kemajuan Inhil, bukan diam, bisu, bahkan yang lebih menyakitkan potensi ini dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya sendiri.

Penulis: Fajar Satria



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar