Resesi di Depan Mata

9 Fakta Ekonomi RI Minus 5,32 Persen


Nusaperdana.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi hingga 5,32% dibanding kuartal yang sama di 2019. Hanya saja penurunan ekonomi ini sudah diprediksi, sehingga pengaruhnya terhadap pasar saham dan nilai tukar Rupiah tidak terlalu terdampak.

Klimak ekonomi Indonesia tentu bukan di kuartal II, melainkan pada kuartal berikutnya. Kuartal III dinilai menjadi penentu apakah ekonomi Indonesia akan masuk resesi atau tidak.

Okezone pun merangkum fakta-fakta menarik terkait minusnya pertumbuhan ekonomi dari menteri Kabinet Indonesia Maju hingga pelaku usaha Indonesia, Rabu (5/8/2020):

1. Ekonomi di Kuartal II-2020

Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2020 mencapai Rp3.687,7 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.589,6 triliun.

Ekonomi Indonesia triwulan II-2020 terhadap triwulan II-2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 5,32 persen (y-on-y). Sedangkan Ekonomi Indonesia triwulan II-2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 4,19 persen (q-to-q).

2. Ekonomi Terburuk sejak 1998

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kontraksi yang lebih dalam ini terendah sejak tahun 1999 yang mana ekonomi minus 6,13% pada triwulan I.

"Kalau kita melacak kembali kontraksi 5,35% ini terendah sejak triwulan satu tahun 1999 ini mengalami kontraksi minus -6,13%," kata Suhariyanto.

3. Penyebab Kontraksi Ekonomi RI

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan penyebab pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi cukup dalam. Dalam catatannya, ada 17 sektor yang melambat sedangkan 7 sektor yang tumbuh. Adapun konsumsi rumah tangga penyumbang sumber yang tinggi membuat ekonomi negatif.

"Ini konsumsi rumah tangga adalah sumber kontraksi tertinggi yakni sebesar 2,96% karena daya beli rendah," katanya.

4. Diklaim Masih Beruntung

Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Ailrangga Hartarto, pertumbuhan negatif ini tidak lepas dari dampak pandemi Covid-19. Di mana pada seluruh negara dunia juga mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi, bahkan lebih dalam daripada yang terjadi di Indonesia.

"Jadi, Indonesia masih relatif tidak sedalam negara yang lain. Akan tetapi kita berharap ada efek perbaikan daripada perekonomian global melalui baik itu China maupun negara lain yang recover terlebih dahulu," ujar dia.

apabila dibandingkan negara-negara lain seperti Amerika Serikat, pertumbuhan ekonominya terkontraksi jauh lebih dalam yakni mencapai minus 9,5%. Lalu Jerman, Uni Eropa dan Prancis masing-masing mengalami kontraksi sebesar minus 11,7%, minus 15,0%, dan minus 19,0% pada kuartal II-2020.

5. Sri Mulyani Murung

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi ini lebih rendah dibandingkan kuartal I-2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 4,19% (qtq). Dan pada kuartal kedua 2019 minus hingga 5,32%.

"Ini jauh lebih rendah dibanding kan tahun lalu dimana mencatat pertumbuhan ekonomi 2,97%, sedangkan pada kuartal II yaitu 5,02% di 2019," kata Sri Mulyani.

Menurutnya, turunnya ekonomi karena adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan pada Maret hingga Juni, sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona.

6. Kata Gubernur DKI

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, perekonomian Indonesia di kuartal Il-2020 mengalami kontraksi minus 5,32% dibanding tahun lalu, sedangkan Jakarta turun 8,22%

"Sejak awal, memang diperkirakan ekonomi DKI akan turun lebih dalam daripada Nasional disaat krisis akibat virus Covid-19," kata Anies.

Kendati demikian, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini optimis pertumbuhan ekonomi Jakarta bakal meroket tajam bila pandemi corona terkendali dan hilang dari ibu kota.

7. Sindir Stimulus Jokowi

Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja mengatakan, rebound amat sangat tergantung pada stimulus yang diberikan pemerintah. Tujuannya agar kemampuan pemodalan dalam negeri bisa bertambah.

"Dari sisi kebijakan, stimulus-stimulus kita sudah baik dan sudah tepat, tetapi tidak efektif untuk mendongkrak kinerja sektor riil krn pencairan atau distribusinya terhambat kepada pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya masyarakat yang kehilangan pendapatan atau pekerjaan," kata Shinta.

8. IHSG Tetap Naik

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menguat hingga akhir perdagangan. IHSG ditutup naik 52,05 poin atau 1,03% ke 5.127,05.

Kenaikan tersebut semakin menanjak usai pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020. Di mana, ekonomi Indonesia kuartal II-2020 minus 5,32%.

9. Rupiah Tetap Kokoh

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus tetap menguat, meski data ekonomi Indonesia menunjukan penurunan minus 5,32%. Meski demikian, Rupiah masih berada di level Rp14.500-an per USD.

Melansir Bloomberg Dollar Index, Rabu (4/8/2020) pukul 11.44 WIB, Rupiah pada perdagangan spot exchange menguat 47 poin atau 0,32% di level Rp14.577 per USD. Rupiah bergerak di kisaran Rp14.523 hingga Rp14.581 per USD.

Sementara itu, Yahoo Finance mencatat Rupiah berada di level Rp14.709 per USD. Rupiah bergerak di kisaran Rp14.709 hingga Rp14.709 per USD.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar