Ketika Minuman Bersoda Tampil Sebagai Minuman Paling Laris Jelang Lebaran

Ketika Minuman Bersoda Tampil Sebagai Minuman Paling Laris Jelang Lebaran

Nusaperdana.om, Bacan - Nama Ketupat barangkali telah lumrah di kenal pada saat idul fitri. Ketupat bukan saja menjadi makanan khas di tiap lebaran, penganan yang satu ini bahkan menjadi stiker dan pemanis iklan lebaran yang di pampang di hampir seluruh media sosial se tanah air.

Bicara soal makanan lebaran, baik ketupat, opor ayam, dan lodeh, tak enak rasanya bila tidak di sematkan dengan minuman. Hmmm Jangan dulu jauh pikarannya ya! Bukan tuak atau Cap tikus (minuman khas Bacan) yang sering di konsumsi saat lebaran oleh para remaja.

Di Maluku Utara khususnya di Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), minuman bersoda sudah tak asing lagi. Hampir di tiap instansi birokrasi sudah sejak lama menjadikan minuman bersoda sebagai minuman siap saji yang paling familiar yang di bagikan ke pegawainya saat jelang lebaran.

Bukan hanya pegawai, hampir seluruh keluarga dalam merayakan lebaran idul fitri, juga menjadikan minuman bersoda sebagai minuman menjamu tamu. Bahkan minuman bersoda jadi bingkisan THR bagi penerima bingkisan. Tidak heran, jelang lebaran minuman bersoda laris di pasar dan toko-toko Sembako.

Nah, pernahkah terfikir dalam benak kita bagaimana kalau minuman bersoda hasil produksi daerah lain itu di ganti dengan minuman khas daerah sendiri. Kembali lagi, bukan cap tikus ya!!

Jika memang ia, minuman bersoda dengan lebel ternama asal luar negeri yang di konfeksi ke dalam negeri hingga di jual ke daerah, bisa jadi tergantikan dengan minuman daerah sendiri. Banyaknya minuman khas daerah bisa jadi alternatif atau pengganti minuman bersoda yang di jual di pasaran.

Tak sedikit pedagang Sembako menyediakan minuman bersoda ketika jelang ramadhan. Dari kios dan lapak kecil hingga toko-toko besar menyediakan stok yang tidak sedikit untuk menjemput banyaknya pembeli ketika lebaran tiba.

Bagaimana jadinya kalau minuman bersoda tersebut adalah hasil karya anak daerah khususnya Kabupaten Halsel? Tentu ini akan mendorong pelaku usaha pendatang baru yang lebih segnifikan.

Banyak memang yang telah memikirkan hal demikian, namun keterbatasan anggaran dan modal menjadi hambatan untuk menjadikan minuman khas di daerah lebih meluas. Berbagai jenis minuman khas daerah dari Bacan, hingga Ternate yang di sodor dan di tawarkan di pasaran, tapi tidak bertahan lama. Kesannya seperti minuman musiman.

Terbayang tidak, kalau di Bacan atau di Maluku Utara seluruhnya saat lebaran tiba, laku di pasaran minuman dengan rasa khas rempah? Tapi dengan kemesan yang lebih elegan dengan ciri yang mirip seperti beberapa minuman bersoda yang di jual.

Keaslian rasa seperti Air Guraka (Air Jahe) khas Maluku Utara pastinya sudah kurang terasa naturalnya jika di ubah menjadi mirip seperti minuman bersoda. Tapi di lain sisi, konsumen pasar sekarang banyak yang suka hal praktis dan instan.

Padahal rasanya terbalik, kita yang di daerah lebih fokus membeli minuman hasil olahan daerah luar ketimbang memikirakan formula dan solusi menjadikan minuman sendiri untuk di jual keluar.

Hal beginian memang tak terlepas dari Pemerinatahan birokrasi daerah. Melalui Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) terkait. Usaha dan ide semacam ini harus di bahas dan di jadikan program dalam memajukan perekonomian daerah. Tidak harus hanya tentang minuman bersoda dan minuman khas daerah. Banyak hal dan jenis-jenis usaha yang perlu di sokong, di dukung bahkan di beri surplus dan pelumas agar dapat memotifasi pelaku usaha dan pengangguran untuk mendapatkan pekerjaan. (Mu)



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar