Melalui Teknologi dan Inovasi, Kemenko Marves Dorong Pengolahan Industri Garam Rakyat di Bali


Nusaperdana.com, Bali - Dalam rangka mendorong inovasi dan teknologi peningkatan kualitas dan penyerapan produksi serta dukungan pembangunan industri pengolahan garam rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengadakan Rapat Koordinasi dan _Benchmarking_ Penyerapan Produksi dan Diversifikasi Produk Pengolahan Garam Rakyat di Pulau Bali selama dua hari yaitu pada 20-21 November 2019. “Jangan sampai pengetahuan-pengetahuan kita diambil oleh orang, kita sendiri malah tidak punya daya saing karena kita kesulitan untuk memproduksi serta berinovasi,” ujar Staf Ahli Menko Bidang Sosio-Antropologi Tukul Rameyo saat membuka agenda rakor kemarin. SAM Tukul Rameyo menekankan bahwa adapun acara ini digelar untuk lebih fokus membahas diversifikasi untuk produk garam rakyat. “Ada dua topik kemarin yang kita bicarakan pada rakor kemarin yaitu pertama berkaitan dengan kebijakan yang akan dibuat berupa inisiatif dan prakarsa pengusulan garam sebagai barang kebutuhan pokok atau barang penting dan kedua bagaimana upaya kita memfasilitasi para pelaku usaha ini mendapat kemudahan dari segi perizinan untuk memulai kegiatan usahanya yang hari ini kita tinjau secara langsung di lapangan,” ujar Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Alam Mineral, Energi dan Non Konvensional Amalyos disela melakukan _benchmarking_ pada Kamis (21-11-2019). Menindaklanjuti rakor yang sudah dilaksanakan tambah Asdep Amalyos, seluruh peserta yg sebagian besar berasal dari pimpinan OPD dari berbagai provinsi/ kabupaten/ kota dan perwakilan dari K/L terkait melakukan _benchmarking_ di dua lokasi Industri Kecil Menengah (IKM) pengolah garam rakyat. “Lokasi pertama yaitu ke ladang garam petambak tradisional Bali Amed Salt di Karangasem dimana kita dapat melihat secara langsung bagaimana pembuatan garam secara tradisional dengan kearifan lokal dan itu dilakukan secara turun-temurun serta merupakan satu warisan budaya yang tetap dipelihara sampai saat ini oleh masyarakat Karangasem. Garam yang diproduksi selain dengan kearifan lokal selanjutnya diolah dan diberikan sentuhan inovasi dan improvisasi meliputi unsur seni dan juga budaya khas Karangasem sehingga melahirkan produk-produk inovatif yang mempunyai _added value_ cukup besar bila dibandingkan dengan garam krosok sebagai bahan baku,” tambahnya. Lebih lanjut, Asdep Amalyos menekankan bahwa melalui sentuhan inovasi, seni dan ada unsur _historiesnya_ (sejarah) serta _branding_ dan pengemasan yang baik dan menarik tentu akan memberikan nilai tambah yang besar. “Mereka memiliki nilai jual, bagus sekalu satu kemasan itu yang beratnya kisaran antara 100 gram hingga 1/4 kg harganya bisa 10 hingga 20 kali lipat,” lanjut Asdep Amalyos. Diversifikasi produk garam yang bernilai inovatif dan inspiratif juga mendapat dorongan positif dari masyarakat. Seorang ibu rumah tangga yang juga menjadi lokasi _benchmarking_ kedua, yaitu IKM Natural Bali Kulkul Sea Salt di daerah Klungkung. “Dia membangun rumah kaca untuk memproduksi garam sebagai bahan bakunya sendiri dengan kualitas yang sangat super, selanjutnya diolah sebagai _seasoning_ (bumbu) untuk tujuan ekspor. Dengan rumah kaca seperti ini artinya sepanjang tahun garam sebagai bahan baku akan dapat terus diproduksi tanpa harus terpengaruh oleh cuaca. Walaupun musim hujan tapi tetap memproduksi garam, hanya mungkin produksinya tidak sebesar pada musim kemarau tentunya,” papar Asdep Amalyos. Dalam kesempatan ini ia berharap bahwa sebagai bentuk wujud nyata dukungan pemerintah terhadap pengembangan IKM yaitu dengan memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha, dan para pelaku usaha IKM juga berharap ada simplifikasi regulasi yang ada khususnya perizinan usaha. “Saya juga punya pemikiran seharusnya apa yang sudah bisa dilakukan disini bisa menginspirasi daerah-daerah lain dan usaha serupa dapat diduplikasi. Inspirasi awal boleh timbul di Bali, tapi daerah lain pun tentunya punya potensi dan keunggulan lokal yang bisa diangkat dan dijual dan terus dikembangkan. Contohnya kita juga sudah dorong di Cirebon-Jawa Barat, Gresik-Jawa Timur dan Aceh pun sebentar lagi akan memulai dan juga Sulsel, bahkan Madura sebagai pulau garam nanti kita akan dorong juga untuk melakukan diversifikasi produk garam,” pungkasnya.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar