Ribuan Warga NU Hadiri Istigosah dan Pengajian Akbar Peringatan Harlah ke-94 NU di Kota Tegal


Nusaperdana.com, Kota Tegal - Ribuan warga Nahdiyin Kota Tegal dan sekitarnya memadati Lapangan Masjid Ats Tsumaery Jl. Mataram Kelurahan Sumur Panggang, Kota Tegal Kamis (12/3) malam.

Kegiatan dalam rangka memperingati hari jadi NU dan Tasyakuran Hari Lahir KH. Muhadi (Ayahanda Walikota Tegal H. Dedy Yon Supriyono). banyak tokoh ulama, masyakat dan tokoh pemerintahan kota tegal juga dihadiri oleh Kabag Kesra Jawa Tengah Drs. H. Imam Maskur M.Si. yang mewakili Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Hadir pula Ketua MUI Kota Tegal, Forkopimda Kota Tegal dan beberapa tokoh NU kabupaten Tegal dan Brebes seperti KH. Labib dan KH. Nasrudin Ketua Tanfidziyah PCNU Brebes.

Walikota Tegal H. Dedi Yon Supriyono, S.E., M.M., dalam sambutannya mengatakan NU selalu konsisten menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Karena itu menurutnya, sebagai organisasi keagamaan terbesar, NU diharapkan menjadi teladan dari organisasi Islam yang sejuk dapat mengayomi nilai-nilai luhur yang telah dibawa dan diajarkan oleh para ulama NU. "Karena harus diakui ajaran NU itulah yang menjadi faktor utama kerukunan bangsa Indonesia selama ini," ucapnya.

Ketua PCNU Kota Tegal Abdal Hakim Thohari dalam sambutanya mengajak seluruh warga NU untuk mengembangkan amaliyah yang telah diajarkan ulama NU di era global seperti saat ini. "Jadikan ajaran NU sebagai perekat bangsa, mari kita kembangkan dan suburkan ajaran NU di tengah masyarakat," ajaknya.

Sementara itu, dalam ceramahnya Ketua Umum PBNU  Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj M.A., mengungkapkan sejarah berdirinya NU hingga peran NU dalam ikut wujudkan kemerdekaan Negara Indonesia. Menurutnya, NU memiliki peran besar dalam mewujudkan kemerdekaan  Indonesia yang digelorakan K.H. Hasyim Asyari dan K.H., Wahab Hasbullah bukan nasionalis sekuler tapi benar-benar keluar dari hati yang beriman. Nasionalisme Religious - Religius Nasionalis, jargon Cinta tanah Air K.H. Hasyim Asyari adalah bagian dari Iman kepada Allah. Meski pakai sarungan, pakai sorban, berani menggelorakan cinta tanah air.

Semangat Nasionalisme Kiai NU tidak mengajarkan radikalisme Ulama NU tetapi mengajarkan membentuk karakter bangsa, dan semangat Nasionalisme keluar dari hati yang beriman, kita masih punya jati diri, yakin kepribadian bangsa Indonesia diera seperti apapun tidak akan hancur. Tidak seperti di timur tengah yang kini hancur peradabannya karena tidak punya ukhuwah wathoniyah Cinta tanah air.

 Para Ulama NU melestarikan tradisi budaya yang dimiliki bangsa Indonesia tradisi nenek moyang sebelum islam dan yang kemudian dilestarikan setelah datang Islam Karena tradisi budaya Jawa diisi dengan syariat Islam Pertahanan budaya bangsa tidak akan runtuh dengan budaya dan inilah bentuk dari Islam Nusantara tutup Kyai. (HS/MA)



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar