Berpartisipasi Aktif, Ditjen Hubud Hadiri ICAO CAEP Steering Group Meeting di Johannesburg


Nusaperdana.com, Afrika Selatan - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara hadiri kegiatan Committee on Aviation Environmental Protection (CAEP) Steering Group Meeting yang diselenggarakan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) pada 2 s.d. 6 Desember 2019, di Johannesburg, Afrika Selatan, dengan mempresentasikan Working Paper Nomor 37 tentang Indonesia's Observations on Result of Life Cycle Assessment (LCA) & ILUC Default Values.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara menyampaikan bahwa Indonesia akan terus berpartisipasi dan berperan aktif dalam kegiatan internasional guna memberikan manfaat yang positif  bagi penerbangan Indonesia, dalam rangka  menerapkan   pengurangan emisi dan meningkatkan  pengetahuna  dalam penggunaan biofuel sebagai bahan bakar pesawat udara.

"Dalam perumusan kebijakan serta penerapan best practice di Indonesia, Ditjen Hubud ikut berperan aktif. Kegiatan CAEP Steering Group Meeting ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi Indonesia untuk mendapatkan pengetahuan serta untuk menyampaikan masukan terkait isu lingkungan dalam penerbangan internasional," jelas Polana.

Committee on Aviation Environmental Protection (CAEP) merupakan komite teknis ICAO yang dibentuk pada tahun 1983 guna merumuskan kebijakan serta penerapan Standard and Recomended Practices (SARPs) di bidang lingkungan penerbangan.

Pada CAEP SG (Steering Group) Meeting, Indonesia diberikan kesempatan untuk mempresentasikan Working Paper nomor 37 tentang “Indonesia’s Observations on Result of LCA and ILUC Default Values”, yg menjelaskan modernisasi praktek penanaman dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, sehingga nilai emisi LCA dan ILUC yang  lebih baik daripada CORSIA default values yg dihitung dalam modelling CAEP.

Polana B Pramesti juga menyampaikan bahwa memberikan apresiasi  dan bangga atas  hasil penelitian Indonesia yang diperjuangkan selama 2 tahun dapat disampaikan kepada dunia Internasional dan mendapat respon positif dari para delegasi perwakilan beberapa negara yang hadir dalam kegiatan tersebut.

"Dalam 2 tahun terakhir, Tim CAEP Indonesia terus memperjuangkan kelapa sawit sebagai salah satu produk alternatif bahan bakar pesawat pengganti bahan bakar berbasis fosil, hal ini untuk menjawab tantangan dari program ICAO Environment dalam mencari produk alternative aviation fuels," tambah Polana 

Indonesia mampu mempromosikan kelapa sawit dan bersaing dengan kajian negara negara lain, seperti USA dan Brazil dengan kajian kedelai sebagai bahan alternatif bioavtur dan Uni Eropa dengan biji bunga matahari, serta hasil kajian negara negara lain anggota ICAO.

Selain itu, Indonesia juga menyampaikan dukungan nya kepada Spanyol saat menyampaikan Working Papernya terkait dengan co-prosessing green avtur. Hal ini dikarenakan Working Paper tersebut sejalan dengan program teknologi untuk pembuatan green avtur dengan bahan baku kelapa sawit yg dikembangkan Pertamina dan sudah dilakukan Trial Test di Refinery Plaju, serta akan dilanjutkan di tiga Refinery lainnya, yaitu Cilacap, Balongan dan Dumai.

Indonesia telah menjadi anggota ICAO CAEP sejak tahun 2016, dimana komite ICAO CAEP secara periodic   membahas segala kebijakan terkait dampak polusi yang disebabkan oleh pesawat udara terhadap   lingkungan dan alternative solusinya.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar