Rezeki Pemulung Pasca Pembongkaran Kios Sementara STC


Nusaperdana.com, Pekanbaru - Teriknya sinar matahari di langit biru Kota Pekanbaru dikalahkan oleh semangat Inang.

Wanita tua yang mengais rejeki dari barang-barang bekas. Keringat yang bercucur dari pangkal dahi tak menyurutkan semangatnya.

"Awak (saya, red) mengambil barang bekas sajalah," kata Inang, begitu sapaan pedagang sekitar STC memanggilnya.

Ditemui Riau Pos saat proses pembongkaran kios Jumat (27/2) lalu, dia menyebut bahwa memulung dijalani dari hari ke hari.

Lewat profesi itulah dirinya bertahan hidup ditengah kerasnya kehidupan di kota Pekanbaru.

Di tengah pasar hingga sudut-sudut kios sementara para pedagang itu inang mulai mengutip barang bekas, mulai dari sampah plastik, botol, kertas, pelat maupun kayu dilibasnya tanpa tersisa.

"Semuanya bisa dijual, jadi duit," tuturnya.

Sehari-hari, profesi yang dilakoninya tersebut dijalani dengan gembira. Dari raut wajah tuanya itu terpancar semangat untuk menghidupi keluarga. Namun, inang tak mau banyak berkisah tentang kehidupan pribadinya.

Lantaran dirinya tampak buru-buru dan disibukkan dengan kegigihan mengutip tiap-tiap sampah yang masih bernilai ekonomis.

Dari tangan sebelah kirinya itu, inang menggendong plastik besar. Ukurannya jumbo, muatannya dirasa cukup untuk mengangkut barang-barang bekas berkilo-kilo. Sementara di tangan sebelah kanannya tampak kosong.

Dari tangan legam berkeriput itulah dia mengais sisa-sisa barang tak terpakai di lokasi kios sementara STC.

"Ini sudah dapat dikit, lumayanlah. Ada botol, triplek dan karton, nanti kita jual lagi," katanya.

Sebagai warga Pekanbaru yang bermukim di areal Jalan Ahmad Yani, inang merupakan salah satu dari sekian banyak warga yang ekonominya di bawah rata-rata.

Namun, semangatnya untuk menyambung hidup itulah yang perlu ditiru.

"Kalau ini (barang bekas, red) dijual dikit. Palingan dapat Rp20 ribu," katanya.

Pasca-pembongkaran kios sementara pedangan STC, inang-pun mengulangi rutenya lagi pada Sabtu (29/2).

Bahkan setiap hari, jalanan tersebut dilewatinya dari pagi hingga sore.

Di bawah terik matahari itu dia bolak-balik menyusuri puing-puing bekas eksekusi.

Hanya beralas sendal karet, dia tak ragu menginjakan kaki di dekat puing bangunan.

Yang diambilnya pun tidak sembarangan, hanya barang bekas yang masih layak dan bisa dijual kembali.

Selain Inang, juga ada pengepul barang bekas lainnya. Dalam aksinya, mereka berpencar, tidak bergerombolan. Satu di sudut dan yang lain kebanyakan di tengah.

Selain para pemulung tadi, juga ada pedagang yang bangunannya sudah dirubuhkan.

Mereka datang ke lokasi itu guna mengecek barang maupun benda bernilai yang tertinggal.

Bahkan, puing-puing bangunan seperti seng hingga papan juga diangkut.

"Kami ngecek, mana yang tinggal dan masih bisa terpakai, kami ambil bang. Ini seng dan papan kami ambil. Kan sayang kalau ditinggal," ujar Dedi.

Selain Dedi, pedagang kain ini, ada beberapa pedagang yang kiosnya sudah dirobohkan lainnya.

Mereka tampak menyusuri bangunan semi permanen yang pasca di eksekusi oleh dua alat berat.

"Sebenarnya sedih melihat ini, momen mau hari raya, kios dibongkar. Ya pasrah sajalah," ujar Imah Lubis.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar