Ternyata Begini Strategi Iran Membalas Serangan AS


Nusaperdana.com - Konflik Iran dan Amerika Serikat kini dalam kondisi yang paling menegangkan sejak peristiwa mahasiswa Iran menduduki Kedutaan AS di Teheran pada 1979.

Pemimpin Spiritual Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei dan para pejabat militer Iran bersumpah akan membalas kematian Panglima Garda Revolusi Qassim Sulaimani yang tewas oleh pesawat nirawak (drone) AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat lalu.

Berikut paparan kemungkinan strategi Iran dalam melancarkan balasan ke AS, seperti dilansir laman Reuters, Sabtu (4/1/2020).

Kekuatan Militer

Ali Khamenei dan Presiden AS Donald Trump sudah saling jual beli ancaman sebelumnya namun keduanya tidak menandakan akan melancarkan serangan militer terbuka.

Namun dalam kondisi sekarang ini opsi militer tidak bisa dikesampingkan.

Jika Khamenei menahan diri, dia bisa tampak lemah di dalam negeri dan di antara pihak-pihak yang menjadi proksi Iran selama ini. Atas dasar ini Iran kemungkinan akan melancarkan serangan balasan skala kecil.

Karim Sadjabdpour, pengajar di Carnegie Endowment untuk Perdamaian Internasional mengatakan di Twitter, Khamenei harus hati-hati dalam bereaksi.

"Respons yang lemah akan membuat dia kelihangan muka tapi respons berlebihan juga bisa membahayakan dirinya. Khamenei menjadi musuh Trump nomor satu di 2020."

Kemampuan rudal Iran

Menurut Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA) pada sebuah laporan bulan lalu, kekuatan militer Iran bertumpu pada tiga kemampuan: program rudal balistik, angkatan laut yang bisa mengancam wilayah kaya minyak di perairan Teluk dan proksi milisi di sejumlah negara seperti di Suriah, Irak, dan Libanon.

Iran mengatakan mereka memiliki rudal presisi tinggi, rudal kapal laut dan drone bersenjata yang bisa menghantam pangkalan militer AS di negara Teluk dan menjangkau musuh bebuyutan Israel, sekutu AS. Rudal balistik Shahab buatan Iran punya daya jelajah hingga 2.000 kilometer dan memuat berbagai jenis hulu ledak.

Untuk membalas kematgian Sulaimani, Teheran atau proksinya bisa melancarkan serangan ke kapal tanker di Teluk dan Laut Merah, rute perdagangan dan pengiriman minya dunia dan menghubungkan wilayah itu ke Samudera Hindia kemudian Laut Mediterania melalui Terusan Suez.

Memblokir Selat Hormuz

Konfrontasi militer atau meningkatnya ketegangan di kawasan bisa menghambat jalur pendistribusian minyak melalui Selat Hormuz. Satu perlima produksi minyak dunia melewati jalur ini. Terganggunya jalur itu, sebentar saja, bisa mempengaruhi AS dan banyak negara lain di dunia. Iran tidak bisa memblokir Selat Hormuz secara sepihak karena wilayah itu menjadi bagian dari perairan Oman. Namun kapal-kapal yang melalui kawasan perairan Iran menjadi tanggung jawab Angkatan Laut Garda Revolusi Iran.

Teheran bisa mengerahkan rudal dan drone, ranjau, kapal cepat, dan peluncur roket di kawasan Teluk untuk menghadapi AS dan sekutunya.

Dalam beberapa tahun terakhir, sudah beberapa kali terjadi konfrontasi antara pasukan Garda dengan militer AS di teluk. Pejabat AS pernah mengatakan menutup Selat Hormuz berarti sudah melewati batas dan Amerika akan bertindak untuk membuka jalur itu kembali.

Proksi Iran dan Taktik Asimetris

Pembunuhan Sulaimani jelas berdampak membahayakan bagi pasukan AS di Timur Tengah. Iran terutama akan mengandalkan taktik dan proksinya untuk menghadapi persenjataan AS.

Iran selama ini sudah mengerahkan pesawat nirawak dan para ahlinya kepada sekutu mereka. Kelompok pemberontak Huthi di Yaman memakai rudal dan drone Iran untuk menyasar bandara Saudi, musuh Iran di kawasan Timteng.

AS dan Saudi menuding Iran melancarkan serangan terhadap kapal tanker minyak di dekat Selat Hormuz tahun lalu dan kilang minyak Saudi September lalu. Teheran membantah tudingan ini.

Milisi dukungan Iran di Irak juga memakai mortir dan roket untuk menyerang pangkalan militer AS. Juni lalu Iran hampir perangterbuka dengan AS setelah Teheran menembak jatuh drone AS dengan rudal. Tindakan itu hampir menuai serangan balasan dari Washington.

Pengamat dari Insitut negara Arab Teluk di Washington, Ali Alfoneh mengatakan iran tampaknya tidak akan gegabah melancarkan serangan balasan.

"Iran tak punya pilihan lain selain membalas kematian Mayor Jenderal Sulaimani. Tapi Republik Islam iran akan bersabar dan mencari waktu yang tepat untuk melancarkan serangan," sebutnya.**



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar