Trump Minta Iran Tak 'Bantai' Pedemo Insiden Pesawat Ukraina

Sumber Foto: CNN Indonesia

Nusaperdana.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta para pejabat Iran untuk tidak 'membantai' rakyat yang mendemo pemerintah akibat kejadian salah tembak pesawat pada Rabu (8/1) lalu. Trump juga menyatakan dukungan kepada para pendemo.

Hal ini diungkapkan Trump menanggapi dugaan pembubaran pendemo yang mayoritas didominasi kalangan mahasiswa di Teheran dengan slogan 'radikal'. Padahal, demo dilakukan untuk menghormati 176 korban tewas atas kejadian salah tembak yang menyasar pesawat Ukraine International Airlines.

Respons ini disampaikan Trump melalui cuitan di akun Twitter pribadinya pada Minggu (12/1). Menariknya, orang nomor satu di AS itu turut menggunakan aksara Persia dalam menyampaikan pesan tersebut.

"Pemerintah Iran harus mengizinkan kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk memantau dan melaporkan fakta-fakta dari lapangan mengenai protes yang sedang berlangsung oleh rakyat Iran. Tidak akan ada lagi pembantaian demonstran damai atau penghentian internet. Dunia menyaksikan," cuit Trump.

Sementara kepada para pendemo, Trump memberikan dukungan. Ia menyebut para pendemo merupakan kalangan pemberani karena membela korban salah tembak, meski harus menekan pemerintah mereka sendiri.

"Kepada orang-orang Iran yang berani dan telah lama menderita: saya telah berdiri bersama Anda sejak awal kepresidenan saya, dan pemerintahan saya akan terus mendukung Anda. Kami mengikuti protes Anda dengan cermat, dan terinspirasi oleh keberanian Anda," katanya.

Sebelumnya, pihak militer Iran menyatakan tidak sengaja menembak jatuh pesawat Ukraine International Airlines dengan nomor penerbangan PS752. Pihak militer Iran mengaku salah mengira bahwa pesawat akan melakukan serangan.

Tembakan tersebut membuat pesawat jatuh tidak lama setelah lepas landas. Kejadian itu menewaskan seluruh penumpang dan kru yang berjumlah 176 orang.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif meminta maaf atas kejadian tersebut. "Penyesalan kami yang mendalam, permintaan maaf dan bela sungkawa kepada keluarga semua korban dan kepada negara-negara yang terkena dampak lainnya," tutur Zarif melalui cuitan di Twitter.

Presiden Iran Hassan Rouhani kemudian turut mengakui kesalahan tersebut melalui akun Twitter pribadinya. Ia menyatakan bela sungkawa dan menyebut kesalahan itu tidak termaafkan.

"Penyelidikan akan terus berlanjut untuk mengidentifikasi dan menuntut pihak yang bertanggung jawab atas tragedi hebat dan tak termaafkan ini. Republik Islam Iran sangat menyesali kesalahan ini, doa saya tujukan kepada semua keluarga yang berkabung. Saya mengucapkan belasungkawa yang tulus," tulisnya.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar