'Demam' Bunga Ibu Rumah Tangga di Inhil, Dari Hobi Hingga Mengais Rezeki di Kala Pandemi

Salah satu bunga jenis Aglonema

Nusaperdana.com, Indragiri Hilir - Kaum ibu di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau tengah terserang 'wabah' tanaman hias. Ya, saat ini kaum ibu rumah tangga memang sedang menggandrungi bunga. Kebanyakan dari Mereka seperti dilanda 'demam' bunga.

Entah itu hobi, atau sekadar mengisi waktu senggang di tengah pandemi Covid-19, bertanam bunga tampak telah menjadi rutinitas harian belakangan ini.

Bahkan tak jarang, ibu rumah tangga memposting dan memamerkan tanaman miliknya di media sosial, seperti Facebook. Mereka saling 'adu' keindahan bunga milik masing-masing.

Di masa pandemi Covid-19 dengan frekuensi aktifitas setiap harinya yang cenderung berkurang, ibu rumah tangga kerap mengisi kekosongan waktu dengan bercocok tanam. Tanaman hias berupa bunga adalah salah satu yang banyak dipilih.

Berbagai jenis tanaman diminati oleh kaum ibu. Namun, yang paling menonjol adalah bunga Aglonema. Aglonema merupakan tanaman hias dari jenis talas-talasan.

Untuk menyalurkan hobinya bercocok tanam, sebagian kaum ibu rela merogoh kocek untuk membeli tanaman hias. Seperti yang diungkapkan oleh Nurhayati, ibu rumah tangga di Tembilahan ini kerap kali mengeluarkan uang untuk memenuhi koleksi Aglonema di halaman rumahnya.

"Harganya macam-macam. Ada yang 10 ribu. Ada juga sampai ratusan ribu. Tergantung lah juga," ungkapnya, Senin (28/6/2021) sore.

Dalam suatu kesempatan, Nurhayati mengaku juga pernah meminta bunga kepunyaan temannya yang sesama hobi Aglonema.

Bagi mereka yang hobi tentunya bisa menekuni kegiatan bertanam bunga atau sekaligus menjadikannya sebagai peluang bisnis. Seperti yang dilakukan oleh Suharti. Mulanya, Dia hanya berminat untuk mengoleksi bunga, namun karena adanya permintaan dari seorang teman yang ingin membeli bunga miliknya, Dia pun menjualnya.

"Lumayan untungnya. Kan tidak semua bunga punya Saya itu beli, ada juga yang minta terus ditanam dan tumbuh sendiri. Itu Saya jual," ungkapnya.

Bercocok tanam di rumah menjadi pilihan masyarakat untuk beraktivitas positif di tengah terbatasnya mobilitas selama pandemi Covid-19.

Tren berkebun di rumah sebagai bentuk pelarian melepaskan stress di tengah tekanan pandemi dan kemungkinan hanya akan terjadi sesaat karena rutinitas kembali menggilas.

Menurut Broto, karyawan swasta yang untuk sementara alih profesi sebagai seorang penjual bunga, masa pandemi ini membuat masyarakat terbatasi untuk beraktivitas di luar ruangan.

Tidak seperti sebelum pandemi, kebahagiaan itu bisa dicari lewat belanja ke pasar, berkantor, berkumpul, berwisata, dan lainnya.

Dia melihat hal ini layaknya demam bersepeda di masa pandemi. Menurutnya, masyarakat kota perlu menyalurkan daya konsumsinya untuk bahagia dan ada.

"Bagi mereka itu ketika eksis, kemudian di-upload instagram atau facebook itu tadi, berkebun pun jadi semacam branding. Sekarang itu bersepeda pun bukan sekadar menyalurkan, tapi menjadi status. Sebetulnya banyak berkebun, dia tidak mendapat buahnya. Tapi mendapat statusnya," ujar Broto.

Broto berkeyakinan, demam bunga ini kemungkinan hanya terjadi di masa pandemi.

"Kalau udah tidak pandemi, rutinitas kembali normal. Maka, penyaluran hobi bunga akan menurun seiring kesibukan lain kaum ibu rumah tangga," kata Broto.

Pekerjaan rumah terbesar bagi pecinta bunga di rumah adalah konsistensi untuk merawat tanaman.

Broto mengakui, setelah masa pandemi, rutinitas perkantorannya akan kembali sedia kala. Sulit untuk menjadwal menyiram kebunnya.

Tapi ia punya solusi, menggunakan alat penyiram otomatis atau meminta bantuan sama orang lain, tak terkecuali anak dan istrinya.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar