Sepotong Kisah Reruntuhan Kuil Myanmar yang Sempat Jaya di Masa Lalu

Kuil Indein yang tak utuh akan direnovasi. Sumber Foto: Detik.com

Nusaperdana.com, Jakarta - Myanmar juga memiliki kuil bersejarah yang dijadikan sebagai objek wisata. Salah satunya, Kuil Indein yang meskipun telah runtuh masih menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Seorang fotografer asal Prancis, Romain Veillon, baru-baru ini mengunjungi Kuil Indein, sebuah kuil Buddha yang pernah jaya di masa lalu tersebut. Kondisi kuil itu tak utuh seperti kuil lainnya dengan sejumlah pagoda telah runtuh dan patung-patungnya pecah.

Selain itu, tak banyak informasi sejarah yang dapat digali dari bangunan tersebut. Tapi, justru dengan minimnya informasi dan fasad kuil yang tak lagi utuh itulah yang justru membuat Veillon tertarik. Dilansir dari CNN Travel, Rabu (18//3/2020) Veillan menyukai gambar yang dapat membuatnya bertanya-tanya dan tak selalu harus ditemukan jawabannya.

"Ketika saya menemukan tempat seperti ini, tujuan saya adalah agar orang-orang dapat melakukan perjalanan ke masa lalu bersama saya dan memutuskan cerita seperti apa yang mereka inginkan," kata Veillon.

Veillon memang seorang fotografer yang suka memotret tempat-tempat terbengkalai, seperti tempat menyeramkan, taman hiburan bangkrut di Jepang, dan lukisan dinding di rumah tak berpenghuni di Italia.

Akan tetapi, Kuil Indein sebenarnya tak benar-benar diabaikan. Kuil itu masih dibuka untuk umum, bahkan terdapat beberapa pedagang suvenir di sana. Kuil Saat ini juga sedang dilakukan renovasi pada kuil.

Indein diyakini masyarakat setempat sudah ada sejak abad ke-3 dengan pembangunannya diperintahkan oleh Raja Ashoka. Akan tetapi, sebagian besar struktur bangunan itu diyakini dibangun pada abad ke-17.

Untuk dapat mengaksesnya, traveler harus menyeberangi Danau Inle menggunakan perahu.

Kendati belakangan ini citra Myanmar tercoreng karena adanya penganiayaan pada kaum minoritas Rohingnya, wisatawan tetap antusias datang ke negara itu. Berdasarkan data dari UNWTO, pada 2018 lalu sekitar 3,6 juta turis asing datang ke sana. Jumlah ini bahkan naik 3 persen dari tahun sebelumnya.

Saat menyaksikan kuil itu, Veillon campur aduk antara "senang dan sedih." Dia membeberkan alasannya.

Ia senang pagoda di kuil ini sedang direnovasi dan dipulihkan, di sisi lain, dia kadung terpikat pada tempat itu apa adanya seperti saat ini. Ia khawatir setelah direnovasi, ada kesan yang hilang.

"Saya benar-benar menikmati memotret kuil-kuil tua yang ditumbuhi tumbuhan di mana-mana. Itu menunjukkan bahwa waktu dapat mengubah tempat dan segala sesuatu di sekelilingnya dengan atmosfer mengerikan dan magis," katanya.

Veillon mengatakan tempat-tempat yang ditinggalkan, yang tak lagi digunakan, dan dihancurkan akan tetap menjadi objek utama ketika ia memotret.

"Bagi saya, foto saya berfungsi sebagai jenis baru dari 'Momento Mori'. Foto-foto itu mengingatkan kita bahwa segala sesuatu akan berakhir, dan kita harus menikmatinya selagi masih ada,"kata dia.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar