Zuckerberg Biarkan Postingan Trump, Pegawai Facebook Mogok Kerja

Sumber Foto: Detik.com

Nusaperdana.com, Jakarta - Ratusan pegawai Facebook melakukan mogok kerja virtual pada Senin (1/6) sebagai protes terhadap kebijakan perusahaan yang membiarkan unggahan kontroversial Presiden Donald Trump.

Mogok kerja ini terjadi setelah sejumlah pegawai Facebook mengkritik perusahaannya secara publik karena kebijakannya yang tidak memoderasi sejumlah unggahan kontroversial milik Trump setelah kematian George Floyd.

Salah satunya adalah unggahan yang terlihat seperti mengancam demonstran dengan ucapan, "ketika penjarahan mulai, penembakan mulai." Ucapan yang sama juga diunggah di Twitter, tapi perusahaan berlogo burung itu langsung memastikan cuitan Trump melanggar aturan karena glorifikasi kekerasan.

Dikutip detikINET dari CNBC, Selasa (2/6/2020) pegawai Facebook menyuarakan protes dan mengumumkan partisipasinya dalam mogok kerja lewat Twitter dengan tagar #TakeAction.

Menurut seorang pegawai Facebook, ada sekitar 600 pegawai yang mengikuti mogok kerja virtual ini. Sebagai bagian dari mogok, pegawai tidak akan bekerja selama sehari dan meninggalkan pesan otomatis yang mengatakan bahwa mereka sedang tidak di kantor.

Bahkan dua pegawa senior Facebook telah memberitahu manajernya bahwa mereka berencana mundur dari perusahaan jika Zuckerberg tidak mengubah kebijakannya untuk tidak memoderasi unggahan Trump.

Zuckerberg memang tidak setuju dengan keputusan Twitter yang mengecek fakta di balik cuitan yang dibuat politisi. Pria berusia 36 tahun ini mengatakan ia ingin pengguna tetap bisa melihat unggahan ini dan memutuskan sendiri apa yang ingin mereka percayai.

Melihat semakin banyaknya pegawai yang melayangkan protes secara publik di media sosial, Facebook akhirnya memberikan keterangannya kepada media. Zuckerberg juga dijadwalkan berbicara langsung di hadapan pegawainya pada Selasa (2/6).

"Kami mengenali rasa sakit yang dialami banyak orang saat ini, terutama di komunitas kulit hitam. Kami mendorong pegawai untuk berbicara secara terbuka ketika mereka tidak setuju dengan kepemimpinan," kata juru bicara Facebook.

"Sembari kami menghadapi keputusan sulit seputar konten di masa depan, kami akn terus mencari feedback jujur mereka," pungkasnya.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar