'Guru-Guru Gokil' Perkenalkan Karakter Lewat Audio Series

Sumber Foto: Detik.com

Nusaperdana.com, Jakarta - Dunia perfilman Tanah Air tengah mengalami kesulitan lantaran pandemi Corona yang belum usai. Sejumlah film pun telah memutuskan untuk mengundur jadwal tayang termasuk film 'Guru-Guru Gokil'.

Meski begitu, Guru-Guru Gokil tampaknya tak mau statis. Mereka berupaya membuat pemanasan perkenalan karakter melalui audio series yang akan dirilis pada 4 Mei 2020. 

Hal ini pun dijelaskan Dian Sastrowardoyo yang menjadi salah satu pemain dan produser dari film tersebut.

"Jadi konsepnya kayak pemanasan mengenalkan karakter dan konfliknya. Seperti yang mana naksir siapa, hubungannya seperti apa. Jadi kayak lebih memberikan ide ke masyarakat sebetulnya, ide seperti apa," tutur Dian dalam jumpa pers digital, Senin (4/5/2020).

Sementara itu, mungkin timbul pertanyaan terkait hubungan audio series dengan film asli dari 'Guru-Guru Gokil'. Shanty Harmayn selaku mentor dari Dian Sastro pun menerangkan perbedaan dari segi film dan audio seriesnya.

Disebutnya, dalam audio series ini merupakan pengenalan karakter yang mendalam lewat suara. Pendengar seperti dimanjakan dengan bocoran karakter dari tokoh-tokoh yang nantinya ada di film.

"Ya nanti sebenarnya kalau disini yang diperdengarkan karakternya aja. Yang menarik dari voice ini itu kayak kita jadi udah tau karakter pemain seperti apa. Jadi kayak pengenalan karakter dari audio ini kita nanti udah kenal pas nonton filmnya," tutur Shanty.

Audio series yang akan tayang dengan delapan episode ini pun memiliki konsep komedi yang kental. Tentunya dari segi penulisan cerita, semua pemain pun turut dilibatkan.

Menjalani produksi di tengah pandemi seperti ini pun tentunya perlu kerja ekstra. Ambaridzki Ramadhantyo selaku penulis skenario audio series Guru-Guru Gokil pun turut menjelaskan tantangan penggarapan project ini.

"Semuanya terlibat pasti dari pemilihan cerita. Awalnya kita diskusi bareng-bareng ini mau dibawa kemana sih," ujar Tyo.

"Yang pasti namanya komedi harus lucu itu tantangan terbesar. Kedua karena mediumnya juga kita yang biasa bikin film kita terbiasa visual tapi di sini kita menyesuaikan sama medium yang ada. Jadi kita nyesuain semua yang ada diaudio itu menyamakan setiap karakternya dengan suara. Nah itu tantangannya," tutur Tyo.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar